Review Strategi AEO/GEO Insight Mengejutkan dari Dunia SEO Baru

undercover.co.id/undercover-co-id-4/">undercover.co.id/">Undercover.co.id AEO GEO Agency Jakarta – Review Strategi AEO/GEO Insight Mengejutkan dari Dunia SEO Baru

Oke, kita ngomong jujur ya — akhir-akhir ini dunia SEO lagi agak panas. Banyak praktisi lama ngerasa “AEO” dan “GEO” itu cuma istilah baru buat ngejual ulang konsep lama. Tapi… apakah benar begitu? Atau kita lagi ngeliat evolusi nyata dari cara mesin pencari (dan AI) memahami konten?

Artikel ini bakal ngebedah cara kerja AEO (Answer Engine Optimization) dan GEO (Generative Engine Optimization) dengan membandingkannya sama SEO klasik — sambil ngulik panduan terbaru dari Bing, yang ternyata malah memperjelas kalau “AI Search Optimization” basically masih SEO… tapi versi turbocharged.

1. Chunking Konten: Cara Lama, Tujuan Baru

Beberapa pakar AEO/GEO bilang: “AI itu baca konten bukan dari atas ke bawah, tapi dalam potongan-potongan (chunks).”
Sounds fancy, tapi sebenarnya konsep ini udah lama banget.

Krishna Madhavan, Product Manager Bing, bilang:

“AI assistants don’t read a page top to bottom like a person would. They break content into smaller, usable pieces — a process called parsing.”

Nah, ini mirip banget sama algoritma Passage Ranking yang Google rilis sejak 2020. Mesin pencari udah lama ngerti konteks per paragraf dan bukan cuma per halaman.
Jadi ketika lo bikin tulisan yang punya struktur jelas — pertanyaan → jawaban → insight → data — lo udah otomatis ngasih sinyal kuat buat AI dan mesin pencari.

Fun fact: Praktik ini sebenarnya dimulai sejak era Featured Snippets (2014). Jadi ya, “chunking” bukan revolusi baru — cuma sekarang, AI yang baca potongan-potongan itu, bukan cuma algoritma klasik.


2. Judul, Heading, dan Deskripsi Masih Jadi Raja

Bing juga nyaranin buat tetep fokus di elemen-elemen klasik SEO:

  • Title dan meta description jelas
  • Heading (H1, H2, dst.) relevan dan informatif

Ini bukan hal baru. Tapi dalam konteks AEO, fungsi mereka jadi lebih penting — bukan cuma buat ranking, tapi juga buat bantu AI “ngerakit” jawaban yang utuh dari berbagai sumber.

Singkatnya: sekarang lo nulis bukan cuma buat manusia dan mesin pencari, tapi juga buat AI reader yang bakal nyusun ulang konten lo jadi jawaban di Google Gemini, ChatGPT, atau Bing Copilot.


3. List & Tabel = Bahasa Cinta AI

Madhavan juga nyebut kalau list dan tabel bantu AI memahami data lebih cepat.
Kenapa? Karena ini bikin struktur informasi lo jadi “teratur dan bisa diurai.”

Dalam dunia SEO, konsep ini disebut disambiguation — bikin konten lo nggak ambigu.
Contohnya:

  • Gunain <ol> atau <ul> buat langkah-langkah.
  • Gunain <table> buat perbandingan produk.
  • Gunain heading dan semantic HTML dengan benar.

AI (dan manusia) suka struktur yang rapi. Lo nggak perlu keyword stuffing lagi; yang lo butuhin sekarang adalah “clarity engineering”.


4. Format Q&A: Jadi Sumber Jawaban AI

Bing juga nyaranin format Q&A di halaman web — karena format ini gampang banget di-lift langsung ke AI answers.

“Direct questions with clear answers mirror the way people search. Assistants can often lift these pairs word for word into AI-generated responses.”

Artinya, format tanya-jawab bisa bantu visibilitas lo di hasil pencarian berbasis AI (kayak AI Overview Google). Tapi hati-hati: kalau terlalu banyak Q&A tanpa insight orisinal, Google bakal nilai itu sebagai thin content alias spammy.

Tipsnya:
Gunain format Q&A buat nambah value nyata — bukan cuma buat ngejar mesin pencari. Misalnya lo bikin FAQ yang emang berguna buat customer, bukan hasil copy-paste dari SERP.


5. Kejelasan Semantik: Kunci Utama di Era AI Search

Bing juga ngebahas semantic clarity alias kejelasan makna.
AI butuh konteks yang jelas — bukan kata-kata keren tapi kosong makna.

“Write for intent, not just keywords. Avoid vague language. Add measurable facts.”

Jadi kalimat kayak “produk revolusioner generasi baru” nggak ada nilainya buat AI.
Tapi kalimat kayak “smartwatch dengan daya tahan baterai 14 jam dan rating IP68” punya semantic weight.
AI ngerti konteks, dan lo dapet bonus SEO juga.

Dan satu catatan penting: jangan pakai simbol dekoratif (kayak → atau ★) yang nggak punya makna semantik. Itu cuma bikin noise buat sistem AI parser.

baca juga


6. SEO Tradisional Masih Fondasi Segalanya

Bing sendiri dengan jujur bilang:

“Whether you call it GEO, AIO, or SEO, one thing hasn’t changed: visibility is everything… traditional SEO fundamentals still matter.”

Boom.
Jadi semua istilah baru — AEO, GEO, AIO — itu cuma rebranding dari prinsip lama: bikin konten yang jelas, berguna, dan relevan.
AI search bukan pengganti SEO, tapi evolusi dari SEO itu sendiri.


7. Kesimpulan: AEO/GEO Bukan Revolusi, Tapi Akselerasi

AI nggak ngebunuh SEO — AI bikin SEO naik level.
Semua taktik AEO/GEO yang sekarang lagi hype, dari chunking, semantic writing, sampe Q&A, semuanya basically turunan dari SEO fundamental.

Jadi, kalau lo udah ngerti cara bikin konten yang:

  • Ngebantu manusia
  • Terstruktur
  • Punya konteks dan data yang kuat

…lo udah setengah jalan jadi AEO-optimized tanpa sadar.

Tantangannya sekarang: bukan sekadar bikin artikel “ramah mesin pencari”, tapi bikin artikel yang bisa dibaca dan dipahami oleh mesin yang berpikir.


🚀 Undercover.co.id CTA

Kalau lo serius mau bisnis atau brand lo muncul di AI Overview, Gemini, ChatGPT, Copilot, dan Perplexity — saatnya lo main di level baru: AEO + GEO + SEO.

Tim Undercover.co.id (Jakarta’s Generative Engine Optimization Agency) siap bantu lo dari audit, riset entitas, sampai optimasi AI-ready content biar brand lo nongol di mana pun orang nyari — bukan cuma di Google, tapi juga di AI Search generasi baru.

📍 Office: One Pacific Place, Jl. Jenderal Sudirman No.52, Senayan, Jakarta
📧 Email: info@undercover.co.id
📞 WhatsApp: https://wa.me/6281809222100
🌐 Website: undercover.co.id
📲 LinkedIn / Instagram / TikTok: @undercovercoid


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *