undercover.co.id/ Keyword Stuffing? Jangan Coba-Coba Kalau Nggak Mau Kena Penalti! Senja mulai turun di Jakarta saat Nanda duduk di depan laptopnya. Wajahnya terlihat frustrasi. “Gue udah nulis banyak artikel buat website klien, tapi kok gak ada yang naik di Google?”
Dito yang duduk di sebelahnya menoleh. “Coba lo kasih liat salah satu artikelnya. Mungkin ada yang salah di cara lo nulis.”
Nanda langsung membuka salah satu postingan blognya. “Nih, gue udah pake banyak keyword. Misalnya artikel tentang baju murah, gue tulis ‘baju murah’ di setiap paragraf. Harusnya makin sering disebut, makin gampang naik dong?”
Dito langsung geleng-geleng. “Wah, lo kena jebakan keyword stuffing. Google gak suka cara kayak gini. Lo malah bisa kena penalti.”
Nanda menatap layar laptopnya. “Keyword stuffing? Itu apaan?”
Dito menarik napas. “Keyword stuffing itu teknik jadul di mana lo naro kata kunci berkali-kali dalam satu artikel dengan harapan Google bakal nganggep itu relevan. Tapi sekarang algoritma Google makin pinter. Kalau lo terlalu banyak nyebut kata kunci secara nggak alami, Google bakal nganggep website lo spam. Bisa-bisa website lo malah turun ranking atau bahkan dihapus dari indeks Google.”
Nanda menatap layarnya dengan panik. “Terus gue harus gimana? Gue kira makin banyak keyword, makin bagus.”
baca juga
- SERP Features: Cara Masuk Featured Snippet Google
- Keyword Stuffing? Jangan Coba-Coba Kalau Nggak Mau Kena Penalti!
- Trik Pakai Google Keyword Planner Buat Riset SEO
- Long-Tail Keywords: Senjata Rahasia Buat Naik di Google
- Cara Cari Keyword yang Pas Biar Website Muncul di Google
Dito mengambil gelas kopinya. “Bukan soal banyaknya, tapi soal penempatan yang alami. Google lebih suka artikel yang enak dibaca manusia, bukan cuma buat robot. Lo bisa pakai keyword di judul, subjudul, paragraf pertama, terus disebar secara natural di dalam artikel. Jangan dipaksa masuk ke setiap kalimat.”
Nanda mulai mengedit artikelnya. “Jadi, gue harus lebih fokus ke kualitas konten?”
Dito mengangguk. “Betul. Lo juga bisa pakai sinonim atau variasi kata kunci. Misalnya, kalau lo nulis tentang ‘baju murah’, lo bisa pake ‘pakaian terjangkau’ atau ‘fashion hemat’ biar tetap nyambung tanpa harus terlalu sering ngulang kata yang sama.”
Nanda mulai tersenyum. “Oke, gue coba revisi dulu. Makasih, Dit. Berarti SEO itu bukan cuma soal ngejar algoritma, tapi juga soal bikin konten yang bener-bener berguna buat pembaca.”
Dito tersenyum. “Yap, makin lo fokus ke user experience, makin besar peluang artikel lo naik di Google tanpa harus kena penalti.”