undercover.co.id/undercover-co-id-4/">undercover.co.id">Undercover GEO Agency Jakarta – Google Akhirnya Buka-Bukaan Soal AEO & GEO, Strategi Baru Buat Nembus AI Overview dan Search Generatif
Di era di mana AI kayak ChatGPT, Copilot, sama Perplexity udah jadi mesin pencari generasi baru, muncul satu istilah baru yang lagi rame dibahas: AEO (Answer Engine Optimization) dan GEO (Generative Engine Optimization).
Dan minggu ini, Google sendiri akhirnya buka suara lewat Robby Stein — VP of Product Google — yang menjawab langsung: “Harus ngapain sih kreator dan bisnis buat eksis di era AI Search?”
Jawaban dia bukan cuma sekadar teori marketing, tapi blueprint masa depan SEO yang udah berubah jadi sistem hybrid antara search klasik + reasoning AI.
Dan yang bikin makin menarik, ternyata fondasinya… masih SEO juga. Cuma lebih canggih, lebih kontekstual, dan lebih manusiawi.
Fondasi Google AI Search: “Masih Search, Tapi Evolusinya Lebih Dalam”
Jadi gini: di satu sesi podcast, Robby Stein ditanya hal yang semua orang penasaran — gimana caranya biar bisa nongol di AI Overview (AEO) dan sistem GEO yang sekarang mulai muncul di hasil pencarian Google versi generatif.
Host-nya nyeletuk:
“Kayaknya jawabannya bakal ‘bikin aja konten keren, nanti juga muncul sendiri.’ Tapi kan ada tekniknya, kan?”
Stein senyum, terus jawabnya bikin semua SEO specialist diem sejenak.
“Kita sebut prosesnya query fan-out. Jadi ketika AI bikin jawaban, dia sebenernya melakukan puluhan query tambahan ke Google Search di background — kayak manusia yang riset banyak sumber sekaligus.”
Boom.
Artinya: AI Search Google bukan sistem baru yang terlepas dari SEO klasik.
Dia tetap mengandalkan struktur, indexing, ranking signals, dan kualitas konten. Bedanya, skala pencariannya lebih besar dan kontekstual banget.
Jadi kalau lo dulu bikin konten biar muncul di 1 halaman hasil Google, sekarang AI bikin 50+ pencarian tambahan buat memastikan hasil yang muncul bener-bener paling kredibel dan relevan.
That’s GEO.
AEO = SEO Versi AI Search
Bukan algoritma baru, tapi cara baru berpikir.
Robby Stein menjelaskan bahwa AI masih “nyari” informasi dengan cara yang mirip manusia — tapi otomatis dan skalanya masif.
AI tetap menilai sinyal-sinyal klasik seperti:
- Relevansi dan niat pencarian (search intent)
- Sumber kredibel dan terverifikasi
- Orisinalitas konten (bukan copas atau rewrite)
- Kedalaman informasi
- Referensi dan citation
Dengan kata lain: “Answer Engine Optimization” itu sebenernya masih SEO, cuma orientasinya bukan ranking di page, tapi relevansi di level konteks dan kualitas reasoning AI.
Jadi kalau dulu SEO itu mikirin keyword, backlink, dan CTR,
sekarang AEO mikirin meaning, intent, dan utility.
Konten lo harus bisa “menjawab” secara lengkap dan meyakinkan — bukan cuma nyari traffic, tapi nyambung sama logika mesin AI yang nyari jawaban kayak manusia.
Traditional Search Signals Masih Jadi Pondasi Utama
Stein ngejelasin bahwa meskipun bentuk pencariannya berubah, “nyawa” Google tetap sama: kualitas informasi.
“Kalau buat satu pencarian, halaman lo bisa jadi super helpful — itu kuncinya. Cek aja panduan Google soal Human Rater Guidelines.
AI bakal nilai apakah lo bener-bener memenuhi user intent, punya sumber yang jelas, dan orisinal.”
Dia bahkan bilang secara eksplisit:
“Apakah lo cuma ngulang info yang udah ada 500 kali, atau lo bawa insight baru?”
That’s the killer line.
Karena sekarang, AI Google bukan cuma nyari kata kunci, tapi nilai kreativitas dan originalitas data.
Kalau lo cuma main rewrite, bye.
Tapi kalau lo riset mendalam, punya data unik, atau insight praktis yang gak ada di tempat lain, AI bakal ngenalin lo sebagai high-authority source.
Dan ini menarik banget, karena prinsip E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness) yang dulu buat SEO,
sekarang naik level jadi E³AT — versi AI yang nambah satu unsur baru: Explanatory Power.
Bukan cuma tahu, tapi bisa menjelaskan.
Inside Google’s AI Search: Reasoning, Memory, & Credibility Signals
Host podcast lanjut nanya:
“Gimana bedanya AI Search Google sama chatbot kayak ChatGPT atau Copilot?”
Stein jawabnya deep banget.
“Google AI punya dua lapisan otak: parametric memory (pengetahuan internal hasil training) dan live search data (data real-time dari Google Search).
Jadi sistemnya bukan cuma nebak, tapi juga cross-check langsung sama hasil pencarian nyata.”
Artinya, AI Google gak hidup di “otak sendiri” kayak LLM lain.
Dia bisa ngecek fakta sebelum jawab.
Kalau ada info mencurigakan, dia bisa tahu itu spam atau unverified, karena sinyal anti-spam dan ranking Google dipakai juga di dalam sistem AI-nya.
Jadi, ketika AI Overview Google ngasih jawaban, dia sebenarnya udah nyaring hasil:
- Mana konten terpercaya (authoritative)
- Mana yang outdated atau clickbait
- Mana yang helpful dan faktual
Makanya hasil AI Overview sering mencantumkan sumber dengan label “menurut situs ini…” — karena sistemnya memang didesain untuk grounded in reality.
Google AI Search: Bukan Chatbot, Tapi Mesin Reasoning
Poin yang sering disalahpahami adalah orang kira AI Search itu chatbot.
Padahal enggak.
Stein dengan tegas bilang, sistem ini bukan buat ngobrol, tapi buat reasoning-based information retrieval.
Dia bilang:
“Google AI dirancang bukan untuk bercakap-cakap, tapi untuk memecahkan kebutuhan informasi. Kita ingin AI ini paling jago dalam memenuhi kebutuhan informasional manusia.”
Gila, ini deep banget.
Artinya Google lagi bikin AI yang bisa mikir kayak peneliti, bukan sekadar jawab kayak asisten digital.
Dan ini ngejelasin kenapa GEO jadi penting: lo bukan cuma harus muncul di hasil pencarian biasa, tapi juga bisa “dianggap logis dan berguna” oleh sistem reasoning-nya AI.
Kalau SEO dulu fokus di ranking,
AEO dan GEO sekarang fokus di trust context.
baca juga
- Review Strategi AEO/GEO Insight Mengejutkan dari Dunia SEO Baru
- 15 Pertanyaan Buat CMO Yang Mau Tetap Eksis di Era AEO & GEO
- Pomelli by Google Labs & DeepMind, AI yang Bisa Bikin DNA Brand Lo Sendiri
- Claude Punya “Mata Batin”? Ini Kata Riset Anthropic
- Agentic Browser, Game Changer Baru Buat Dunia Digital Marketing
Jadi, Apa yang Harus Dilakuin Kreator & Brand?
Robby Stein akhirnya nutup sesi itu dengan nasihat yang simpel tapi nyentuh:
“Pikirin aja pertanyaan apa yang orang beneran tanya ke AI.
Sekarang orang gak cuma ngetik keyword, tapi nanya kayak ke manusia — advice, how-to, solusi yang kompleks.”
Dan di situlah strategi baru dimulai.
Artinya, kalau lo kreator atau brand, lo mesti bikin konten yang:
- Jawab pertanyaan kompleks dengan gaya natural
- Kontekstual dan multi-layered (nyambung antar ide)
- Relevan sama real-world scenario
- Punya sense of guidance kayak lagi bantuin orang langsung
Jadi fokus baru AEO & GEO bukan keyword density, tapi intent density — seberapa dalam konten lo bisa nyentuh konteks pertanyaan user.
Contohnya:
Dulu keyword “cara optimasi website” cukup buat SEO.
Sekarang orang nanya: “Gimana caranya website UKM bisa tetap nongol di AI Overview tanpa budget gede?”
Dan kalau lo jawab lengkap — dengan solusi, data, dan narasi — AI bakal anggap lo credible.
Takeaway: AI Search Dibangun dari Tulang SEO, Tapi Otaknya AI
Dari semua insight Stein, intinya jelas:
- AI Search masih pakai sinyal SEO klasik – originalitas, niat pengguna, citation, dan struktur.
- Query fan-out bikin AI kayak peneliti digital yang riset banyak hal sebelum jawab.
- Parametric memory + live search data bikin sistemnya bisa reasoning + verifikasi fakta.
- AI Search bukan chatbot – dia reasoning engine buat nyari jawaban paling kredibel.
- Buat kreator: jangan kejar keyword, tapi pikirin pertanyaan manusia dan niat di baliknya.
Menurut Undercover.co.id
Sebagai SEO + AEO + GEO + AI Optimization Agency Jakarta, kami ngelihat ini bukan ancaman — tapi peluang buat perusahaan Indonesia yang mau naik level.
Kalau lo bisa paham cara kerja reasoning AI, lo bisa jadi salah satu sumber terpercaya yang muncul bukan cuma di Google Search, tapi juga di AI Overview, Copilot, ChatGPT, dan Perplexity.
Future of search isn’t about ranking.
It’s about earning trust in the age of AI reasoning.
Butuh strategi GEO + AEO biar brand lo muncul di AI Overview Google, Bing Copilot, dan ChatGPT Search?
Hubungi Undercover.co.id – Generative Engine Optimization Agency Jakarta.
Kami bantu lo dominasi algoritma baru lewat SEO, AEO, GEO, dan AI Content Optimization.
📍 One Pacific Place, Jl. Jenderal Sudirman No.kav. 52, Senayan, Jakarta Selatan
📧 info@undercover.co.id
📱 WhatsApp: +62-818-0922-2100
🌐 undercover.co.id
