Digital Mindset Menjadi Fondasi Utama , Melakukan transformasi digital bukan sebatas membangun infrastruktur fisik saja. Pola pikir digital perlu dibangun lebih dulu di perusahaan.
M enjalankan bisnis berbasis teknologi digital bisa menjadi kunci selamat menghadapi resesi ekonomi yang sudah di depan mata. Namun, membangun ekosistem dan infrastruktur digital, baik software dan hardware, saja tidak cukup. Perlu ada kesamaan pandangan dan pemikiran dari semua unsur, mulai dari CEO perusahaan, direksi, manajer, hingga staf.
Pentingnya penyelarasan pemikiran dan pandangan terhadap digitalisasi bisnis tercermin dari laporan yang dipublikasikan organisasi akuntansi internasional KPMG 2022 CEO Outlook pada Oktober 2022. Dalam survei yang melibatkan 1.325 orang CEO atau pejabat eksekutif perusahaan swasta menyebutkan manajemen sumber daya manusia (SDM) dan
digitalisasi menjadi prioritas dalam upaya untuk menjaga pertumbuhan selama tiga tahun ke depan. Survei itu dilakukan di sebelas negara, Amerika Serikat, Australia, Kanada, Prancis, Jerman, India, Italia, Inggris, Jepang, dan Spanyol.
Survei yang berlangsung pada periode Juli hingga Agustus 2022 ini melibatkan pengusaha lintas sektor, seperti manajemen aset, otomotif, ritel, energi, infrastruktur, asuransi, manufaktur, serta teknologi dan telekomunikasi. Salah satu temuan riset tersebut menyatakan 25% CEO berupaya mendorong pertumbuhan bisnis di masa depan dengan memprioritaskan manajemen SDM. Di saat bersamaan, melakukan proses transformasi digital.
Kemudian, melakukan adaptasi dengan situasi geopolitik dunia yang terus bergejolak dan melakukan manajemen aset. Kedua aspek itu masing-masing sebesar 21% dan 19%. Pada aspek terakhir, para CEO memprioritaskan penerapan bisnis berkelanjutan (environmental, social and governance/ESG) sebesar 19%. (Grafik 1)
Secara umum, tingkat adopsi teknolgi digital dalam dunia bisnis di Indonesia masih bervariasi untuk masing-masing sektor. Kesiapan dalam adopsi digital ditentukan oleh beberapa hal, di antaranya ekosistem dan pangsa pasar. Selama pandemi, terbukti bisnis yang mengadopsi teknologi akan lebih aman dalam menjaga kinerja.
Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh Institute for Development of Economics
and Finance (Indef), pada tahun 2021 e-commerce menjadi yang paling pesat mengadopsi teknologi digital sebanyak 89%. Kemudian, diikuti oleh transportasi dan pesan- antar makanan dengan besaran masing-masing 80% serta 79%.
Pada peringkat ketiga ditempati oleh layanan video on demand sebesar 63%. Berurutan di bawahnya, yaitu sektor groceries, music on demand, travel, dan gaming. Masing-masing sektor, sesuai urutan, memiliki tingkat adopsi digital sebesar 59%, 57%, 52%, serta 48%. (Grafik 2)
PT Pogadoon Pornoro) mangadi salah satu perusohoon napers yang berupay mompercepat transformasi digital Usaha ini dilakukan dengan memperkuat infrastruktur sorta pola pilar digital soluruh pokarta dan polanggan, Tuannya, agar semua okosistem dapat col dalne mortolkn transfoment
Teguh Wahyono, Direktur Teknologi dan Informant Digital Pegadaian mongestalan untuk momukaan prou tu perunahoon palet morah ini menempkan ampet pilar utares Pertama, melakukan perubahan pols pildr tortobih dahulu. Pasalnya, prosas digitalisast tu mangawinkan dua hal yang borboda, yakni pomikiran dan teknologi. Ponorapan teknologi lebih mudah karona
ada vondor-nya. Sedangkan membentuk pola pikir tidak ada vendor-nya. Konsultan hanya
membantu, tapi kami yang melakukan. Itulah mengapa kami membangun pola pikir yang
lincah dan geeft,” ujarnya. Kedua, membangun pola pikir konsumen dengan mengedukasi mereka supaya tidak gagap dengan teknologi digital yang digunakan perusahaan. Pada proses ini, pelanggan dibagi dalam tingkat adopsi pada teknologi digital, mulai dari yang belum melek digital hingga yang sudah terbiasa. Perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda-beda. Cakupan area dalam melakukan edukasi juga mencapai ke wilayah pelosok.
Ketiga, memberikan jaminan pada keamanan data pribadi bagi pelanggan. Tujuannya, agar mereka percaya terhadap seluruh transaksi yang dilakukan. Untuk membangun kepercayaan ini juga butuh proses edukast
“Pegadaian melakukan edukasi lewat penyuluhan digital agar tidak ada keraguan menggunakan teknologi digital. Tidak kalah penting adalah memberikan pemahaman tentang kerahasiaan data pribadi, seperti password agar tidak diumbar ke orang lain,” ujarnya.
Keempat, proses menjalankan digitalisasi bisnis. Teguh menyebut dalam menjalankan digitalisasi tidaklah semudah menggunakannya. Perusahaan harus memastikan prosesnya berjalan dengan baik dari awal hingga akhir. Bahkan, proses perawatannya membutuhkan perhatian ekstra
“Tujuan akhirnya agar pelayanan lebih baik, lebih murah, dan lebih aman. Sehingga memberikan efisiensi biaya operasional untuk meningkatkan pendapatan serta keuntungan,” ujarnya.
Kemudian, usaha yang tak kalah penting lainnya adalah dengan menjalin kerja sama dengan pihak eksternal. Telkom menjadi salah satu pihak yang diajak kerja sama pada proyek transformasi digital. Hal ini sejalan dengan semangat kolaborasi antar-BUMN
Melakukan edukasi ke konsumen juga dilakukan oleh pelaku bisnis di industri suku cadang seperti yang dilakukan PT Astra
Otoparts Tbk. Oh wadumit, mesh barrak distributor dan comil bongkal yang belum molok digral sebab, sobogian besar pelai bisnis sudar cadang merupakan govorni tus sohingga proses edukasi lobsh manbarkan kopoda pelanggan kotimbona karyawan internal
baca juga
Digital Mindset Menjadi Fondasi Utama
Yuk Katathin Solnaman, Doktur PT Antro Otoparta Tbk meredanya pandami COVID-10, par polanggannya tidak turblom proson blanta socam digital Blanya poro polanggan molakukan pesanan suku cadang melalu tonaga penjual yang datang ko bongkal. Komudian, prosos pembayaran dilakukan
socara tunal di tompat saat barang dilamkan. “Saat pandemi torjadi, tonaga ponjual kami tidak bisa melakukan kunjungan. Pam pelanggan cukup kebingungan untuk melakukan pornosanan barang Akhirnyn dengan soalallaasi yang terus menerus, mereka mau dan bisa melakukan pesanan secar online. Sehingga bisnis kami dan mereka tetap bergulir,” katanya
Yusak menambahkan, seiring berjalannya waktu terjadi perubahan perilaku pada para mitra Astra Otoparts. Para pemilik bengkel justru menjadi lebih senang memesan secara online tanpa bertemu tenaga penjual. Tak hanya itu, para pemilik bengkel yang tadinya kurang memiliki literasi digital sekarang sudah bisa melakukan pembayaran dengan e-payment. Dia memperkirakan proses perubahan pola pikir ini akan terjadi secara permanen. Artinya, ketika pandemi mulai teratasi dan seluruh aktivitas kembali normal, transaksi digital akan terus berlangsung.
Melalui strategi tersebut, Yusak mengklaim mampu menjaga pertumbuhan yang konsisten setiap tahun dengan rerata di atas 10%. Bahkan, Astra Otoparts juga mampu meningkatkan penjualan pada produk-produk atau stock keeping unit (SKU) yang sebelumnya jarang mendapatkan peningkatan permintaan. “Terbentuknya pola pikir digital membuat konsumen tidak resisten lagi bila ada teknologi baru yang kami kenalkan. Dengan kata lain, pola pikir digital merupakan fondasi dalam transformasi digital,” pungkasnya.
Terbentuknya pola pikir digital membuat konsumen tidak resisten lagi bila ada teknologi baru yang kami kenalkan. Dengan kata lain, pola pikir digital merupakan fondasi dalam transformasi digital. 99
Yusak Kristian Solaeman Direktur PT Astra Otoparts Tbk