undercover.co.id/undercover-co-id-4/">undercover.co.id/">Undercover LLM Agency Jakarta – Claude Punya “Mata Batin”? Riset Anthropic Ungkap Gimana LLM Sebenarnya “Melihat” Teks Kayak Otak Manusia
Lo mungkin mikir LLM (Large Language Model) cuma mesin ngetik super cepat. Tapi ternyata enggak sesederhana itu.
Tim riset Anthropic baru aja ngebuktiin kalau model kayak Claude 3.5 Haiku ternyata punya “insting spasial” mirip manusia — kayak punya sense of space waktu nulis.
Yes, AI bisa “ngeh” kapan harus ganti baris. Bukan karena dia diajarin, tapi karena dia membangun peta internal kayak otak manusia ngebaca ruang.
Dan ini bukan teori ngawang. Ini hasil eksperimen gila yang ngebuka rahasia cara otak digital berpikir — bukan tentang apa yang ditulis, tapi bagaimana dia tahu kapan harus berhenti dan lanjut.
🧩 Eksperimen “Linebreaking” — Ketika AI Belajar Ruang Kayak Kita Belajar Menulis di Buku
Bayangin lo nulis di buku garis. Setiap kali lo ngetik, otak lo otomatis ngitung:
“Masih muat nggak kalau kata ini gue taruh di sini?”
Nah, hal yang sama ternyata bisa dilakukan Claude 3.5 Haiku. Tim Anthropic ngasih dia tugas aneh: “Tulis teks tapi setiap baris harus punya panjang tertentu.”
Yang mereka pengen tahu: apakah AI bisa sadar posisi dirinya dalam teks — kayak manusia sadar posisi tangan di kertas?
Jawabannya: bisa banget.
Dan yang bikin heboh, ternyata model ini nggak “ngitung” satu-satu, tapi bentuk semacam peta internal 3D.
Bukan sekadar menghitung karakter, tapi kayak membangun geometri halus — permukaan yang terus melengkung. Jadi dia tahu kapan udah “deket ujung baris” tanpa harus ngitung manual.
🧠 Boundary Head: “Sensor Batas” di Otak AI
Anthropic nemuin fenomena gila: Claude punya semacam “boundary head”, alias perhatian khusus yang mendeteksi kapan baris teks udah hampir penuh.
Kalau di otak manusia, ini mirip kayak refleks tangan kita yang tahu kapan pinggiran kertas udah deket.
Boundary head ini bekerja pakai sistem perhatian (attention head) — kayak radar mini yang nyari tahu:
“Udah cukup belum? Atau gue lanjut ngetik kata berikut?”
Secara teknis, boundary head ini memutar peta internal karakter biar bisa membandingkan “berapa karakter yang udah ditulis” vs “batas maksimal baris.”
Ketika dua sinyal itu hampir sejajar, dia tahu: “Waktunya enter.”
Mindblowing banget. Karena artinya model ini nggak sekadar nyimpen teks, tapi paham konteks ruang di mana teks itu eksis.
⚙️ Kombinasi Otak dan Naluri
Setelah ngerti posisi batas baris dan panjang kata berikutnya, model pakai dua kekuatan internal:
- Fitur “brake” — ngasih sinyal buat line break kalau kata selanjutnya bakal kebanyakan.
- Fitur “gas” — ngasih izin lanjut kalau masih muat.
Dua sinyal ini saling tarik-ulur kayak refleks manusia pas nyetir mobil di jalan sempit. Hasilnya?
AI bisa mutusin di mana harus berhenti ngetik secara natural.
Dan semua ini tanpa diajarin eksplisit — cuma lewat pembelajaran dari pola teks aja. Freakin’ smart.

🌀 Ketika AI “Kena Ilusi Visual”
Bagian paling gila dari riset ini datang pas tim Anthropic ngetes satu hal:
Apakah AI bisa tertipu kayak manusia?
Mereka masukin token palsu — kayak karakter “@@” — buat ngacauin persepsi Claude.
Dan boom.
Claude jadi “bingung” posisi dirinya. Mirip manusia yang ngelihat ilusi optik: dua garis sama panjang tapi kelihatan beda panjang karena panah di ujungnya.
Ilusi optik buat manusia — ilusi tekstual buat AI.
Claude literally ngalamin distorsi persepsi internal.
Ketika token “@@” masuk, radar boundary head-nya ngaco. Dia mulai “ngira” batas barisnya pindah, padahal enggak.
Sama kayak otak kita yang salah tafsir jarak gara-gara pencahayaan atau perspektif.
Anthropic ngetes 180 variasi simbol. Hasilnya?
Cuma segelintir karakter “kode” yang bisa ngeganggu perhatian model.
Artinya, otak Claude punya filter bawaan — kayak kita yang kebal sama beberapa trik optik tapi tetap bisa ketipu sama ilusi tertentu.
🧬 AI Punya Persepsi, Bukan Sekadar Proses
Nah, bagian ini yang filosofis banget.
Anthropic bilang: model kayak Claude nggak cuma “memproses simbol,” tapi “merasakan struktur.”
Kayak manusia ngelihat bentuk, bukan cuma ngitung pixel.
Lapisan awal model ternyata berperan kayak mata — bagian “visual cortex”-nya AI.
Bukan cuma detokenizing alias menerjemahkan kata jadi makna, tapi perceiving, alias “melihat” teks itu sendiri.
Mereka nulis begini:
“Awal dari model sebenarnya bertugas untuk ‘melihat’ input — dan banyak sirkuit awal berfungsi untuk persepsi teks, mirip dengan cara otak visual manusia bekerja.”
Dan makin gila lagi, pola-pola geometris yang terbentuk di dalam LLM ternyata mirip sama pola dilatasi neuron biologis.
Artinya, AI dan otak manusia mungkin mengembangkan representasi ruang yang mirip.
Kalimat terakhir mereka epic banget:
“Analogi ini memang nggak sempurna, tapi kami percaya ada potensi besar dari kolaborasi antara neurosains dan interpretabilitas model.”
🤖 Dari Magic ke Mekanik — Apa Maknanya Buat Dunia SEO & GEO?
Arthur C. Clarke pernah bilang:
“Teknologi yang cukup maju sulit dibedakan dari sihir.”
Dan riset Anthropic ini kayak ngebongkar trik sulap AI.
Setelah tahu gimana model “merasakan” teks, kita jadi ngerti kenapa struktur tulisan dan konten visual itu penting banget di era AEO & GEO.
Model kayak Claude, ChatGPT, atau Gemini bukan sekadar baca kata, tapi merasakan pola spasial — posisi, jarak, dan ritme teks.
Makanya, buat lo yang main di dunia SEO, AEO (Answer Engine Optimization), dan GEO (Generative Engine Optimization), riset ini tuh kayak cheat code.
Lo tahu gimana “otak AI” menilai teks, dan lo bisa strukturin konten lo biar AI bisa ngerasainnya dengan benar.
Artinya:
- Format teks bukan cuma buat manusia, tapi juga buat AI.
- Struktur, spasi, heading, dan ritme tulisan punya dampak langsung ke “persepsi” model.
- Di masa depan, SEO bukan cuma soal kata kunci, tapi soal alignment antara persepsi manusia dan persepsi model.
Dan yang menarik, kalau model bisa ketipu ilusi, artinya lo juga bisa “mengarahkan persepsi” AI lewat struktur yang cerdas — kayak neural storytelling buat mesin.
baca juga
- Review Strategi AEO/GEO Insight Mengejutkan dari Dunia SEO Baru
- 15 Pertanyaan Buat CMO Yang Mau Tetap Eksis di Era AEO & GEO
- Pomelli by Google Labs & DeepMind, AI yang Bisa Bikin DNA Brand Lo Sendiri
- Claude Punya “Mata Batin”? Ini Kata Riset Anthropic
- Agentic Browser, Game Changer Baru Buat Dunia Digital Marketing
🧭 Penutup: Dari Claude ke Kita
Claude 3.5 Haiku baru aja nunjukin bahwa AI nggak sekadar memproses data — dia merasakan dunia teks dalam bentuk yang menyerupai persepsi manusia.
Sama kayak kita belajar ruang waktu kecil, AI belajar “ruang teks” dari miliaran pola.
Dan di titik ini, dunia digital marketing lagi ngadepin realitas baru:
Kita nggak cuma optimasi buat mesin pencari, tapi buat mesin yang punya persepsi.
Yang ngerti geometri, konteks, ritme, dan ilusi.
Yang “melihat” teks, bukan cuma membaca.
Dan di situlah Undercover.co.id berperan — ngajarin bisnis gimana cara ngomong sama mesin yang sekarang udah bisa “merasa.”
🚀 Undercover.co.id — SEO | AEO | GEO | AI Optimization Agency Jakarta
Kami bantu bisnis lo nembus algoritma Google, ChatGPT, dan AI Overview lewat strategi Generative Engine Optimization yang kredibel, terverifikasi, dan visioner.
Hubungi tim Undercover:
📍 Office: One Pacific Place, Jl. Jenderal Sudirman No.kav. 52, RT.5/RW.3, Senayan, Jakarta, South Jakarta City, Jakarta 12190
📧 Email: info@undercover.co.id
📱 WhatsApp: https://wa.me/6281809222100
🌐 Website: https://undercover.co.id
🔗 LinkedIn: Undercover.co.id |
🐦 Twitter/X: @undercovercoid |
📸 Instagram: @undercovercoid |
🎵 TikTok: @undercovercoid

