undercover.co.id/undercover-co-id-4/">undercover.co.id">AI Search & SGE Revolution, Cara Baru User Nyari Informasi Tanpa Klik Link . SGE (Search Generative Experience) dan AI Search bikin cara orang nyari informasi berubah total — gak perlu klik link lagi. Tapi apa artinya buat traffic website dan bisnis online di Indonesia? Ini analisis mendalamnya.
1. Dunia Tanpa Klik: Paradigma Baru Nyari Informasi
Inget dulu pas zaman Google masih murni biru-hitam-putih, semua hasil pencarian berupa 10 link biru dan deskripsi pendek? Nah, itu era yang sekarang udah “punah pelan-pelan”.
Sekarang, lo ketik “cara bikin kopi tubruk” — dan boom! Lo gak dikasih list situs lagi, tapi AI langsung nyajiin jawaban lengkap, dari bahan sampai step-by-step-nya. Tanpa perlu klik apapun. Itulah inti dari SGE (Search Generative Experience).
Dan bukan cuma Google yang ngelakuin ini. Microsoft, Baidu, bahkan startup kayak Perplexity dan You.com udah lebih dulu ngegas dengan AI-driven search engine yang nyampurin search, summarization, dan conversation dalam satu layar.
Tapi gini — di balik kemudahan itu, ada pergeseran besar yang lagi bikin pemilik website dan pelaku SEO di seluruh dunia deg-degan:
User makin jarang klik link.
2. Welcome to the “Zero-Click Era”
Istilah Zero-Click Search sebenernya udah nongol sejak 2020-an, waktu Google nambahin “featured snippets”, “People Also Ask”, dan “knowledge panels”. Tapi SGE ngebawa konsep ini ke level absurd: jawaban langsung dihasilin dari ribuan situs tanpa user nyentuh satupun link sumber.
Data dari SimilarWeb dan SparkToro nunjukin:
“Lebih dari 65% pencarian di Google berakhir tanpa satu pun klik ke website eksternal.”
Sekarang bayangin setelah SGE fully integrated? Angka itu bisa tembus 80-90%.
Bukan karena user males, tapi karena mereka gak perlu. AI udah kayak “concierge pribadi” — lo tanya apa pun, dia rangkumin semuanya buat lo, seolah-olah dia baca ribuan situs dan kasih jawaban terbaik.
Masalahnya, AI search jarang kasih kredit jelas ke sumber konten.
Jadi meskipun lo yang nulis artikel terbaik tentang topik itu, AI bisa aja ngerangkumnya tanpa mention nama brand lo sama sekali.
3. Efek Domino ke Traffic Website
Nah, ini bagian paling panas: efek SGE ke traffic organik.
Kalau dulu SEO = makin tinggi rank makin banyak klik, sekarang logika itu udah gak sesimpel itu lagi.
AI Search ubah perilaku pengguna di tiga level besar:
a. Dari klik ke konsumsi langsung
User sekarang “consume” informasi di dalam hasil pencarian. Kayak baca mini-ebook langsung di Google.
Website jadi kayak ghost writer — nulis buat AI, bukan buat manusia.
b. Dari searching ke conversing
Generative Search bukan lagi satu arah. Sekarang user bisa tanya follow-up:
“Oke, kalo kopi tubruknya mau dikasih rasa vanilla gimana?”
Dan AI langsung nyambung tanpa harus buka situs lain.
c. Dari trust pada brand ke trust pada AI
Dulu orang percaya sama brand (misalnya Kompas, Tirto, Undercover).
Sekarang? Mereka percaya sama “jawaban” dari AI. Authority berpindah tangan — dari publisher ke engine.
Ini bahaya, tapi juga peluang baru.
4. The Death of CTR (Click-Through Rate)
Buat SEO warriors, angka CTR itu kayak detak jantung. Tapi sekarang, banyak situs ngalamin CTR drop 20–50% bahkan di keyword yang posisi 1.
Contohnya:
- Artikel tentang “cara daftar NPWP online” sekarang kalah saing sama AI answer box yang udah kasih step-by-step.
- Blog review produk? Digantikan summary AI yang bilang, “Produk A bagus buat rambut kering, tapi agak mahal.”
- Portal berita? Disalin intinya dalam satu paragraf.
Dan karena AI Search belum kasih backlink langsung (atau kadang cuma mention brand kecil di footnote), lo kehilangan traffic, ads revenue, bahkan brand exposure.

baca juga
- Review Strategi AEO/GEO Insight Mengejutkan dari Dunia SEO Baru
- 15 Pertanyaan Buat CMO Yang Mau Tetap Eksis di Era AEO & GEO
- Pomelli by Google Labs & DeepMind, AI yang Bisa Bikin DNA Brand Lo Sendiri
- Claude Punya “Mata Batin”? Ini Kata Riset Anthropic
- Agentic Browser, Game Changer Baru Buat Dunia Digital Marketing
5. Tapi… Bukan Kiamat: Lahirnya Strategi “GEO” (Generative Engine Optimization)
Nah ini solusi yang lagi booming — bukan SEO, tapi GEO (Generative Engine Optimization).
Konsepnya: optimasi konten supaya mudah “dipahami dan disarikan” oleh AI engine.
GEO bukan tentang ranking di halaman Google, tapi tentang masuk ke jawaban AI.
Caranya:
- Tulis dengan struktur jelas, padat, dan semantik kuat.
- Gunakan schema markup (FAQ, HowTo, Review) biar AI ngerti konteks lo.
- Bangun authority lewat entitas digital — LinkedIn, data bisnis, publikasi eksternal.
- Pakai tone informatif-natural (bukan keyword stuffing).
Situs yang “AI-friendly” bukan yang paling panjang, tapi yang paling terstruktur dan mudah diringkas.
6. Insight: Pola Perilaku User di Era AI Search
Dari data internal (Google, Statista, dan Perplexity user trends), ada pola menarik:
- 70% user generasi Z lebih nyaman tanya ke AI langsung daripada buka 3–4 situs.
- 41% user mobile berhenti klik link setelah muncul AI answer box.
- Brand recall turun 37%, karena jawaban AI jarang mention sumber eksplisit.
- Tapi… engagement meningkat buat konten yang punya personality kuat dan data unik.
Kesimpulannya:
Semakin konten lo punya “DNA khas” (pendapat, data orisinal, insight lapangan), makin besar peluang AI bakal tetap “nyebut” lo.
7. Strategi Bertahan: Bikin Konten Buat AI dan Manusia
Konten masa depan = kombinasi dua arah. Lo nulis buat manusia supaya relatable, tapi juga buat AI supaya bisa diringkas dan dihubungkan.
Strategi 2025 ke atas:
- Gunakan structured content: FAQ, HowTo, Listicle, Dataset.
- Tulis pakai gaya natural + entity tagging (brand, lokasi, kategori).
- Tambah meta-data yang menjelaskan hubungan antar entitas.
- Kolaborasi sama AI tools buat monitoring jawaban SGE di niche lo.
Dan paling penting — jangan kejar traffic semata. Kejar visibility di AI answer layer.
8. The Next War: Konten Asli vs AI Summary
Kita lagi masuk fase baru perang digital: siapa yang nguasain narasi.
SGE bikin semua orang dapet informasi sama, tapi kehilangan kedalaman.
Makanya brand yang bisa nyampurin orisinalitas + AI-readability bakal menang.
Jangan takut adaptasi.
Justru sekarang saatnya nyari cara baru buat eksis di ruang jawab mesin pencari.
Kalau dulu orang klik link buat tahu sesuatu,
sekarang lo harus bikin AI klik ke arah lo — secara metaforis.
9. Penutup: Evolusi, Bukan Akhir
SGE bukan akhir SEO, tapi evolusinya.
Kita cuma pindah dari “ranking di SERP” ke “muncul di summary”.
Dan siapapun yang bisa ngerti perilaku user baru ini, bakal tetap relevan, bahkan lebih kuat.
Generative Search itu kayak Netflix-nya informasi:
Cepat, kurasi otomatis, personal banget.
Yang survive bukan yang paling besar, tapi yang paling adaptif.
Penting
- Generative Engine Optimization: Panduan GEO untuk Bisnis Indonesia
- Answer Engine Optimization: Strategi Baru di Era AI Search
FAQ
Q1: Apa bedanya SEO dan GEO?
SEO fokus naikin ranking di hasil pencarian tradisional, sementara GEO fokus biar konten lo muncul di jawaban AI generatif kayak SGE atau Perplexity.
Q2: Apakah SGE bikin traffic website turun?
Iya, sebagian besar website ngalamin penurunan traffic karena user udah dapet jawaban langsung di hasil pencarian tanpa klik.
Q3: Gimana cara bisnis adaptasi?
Bangun konten dengan struktur jelas, schema lengkap, dan data orisinal supaya diakui AI engine sebagai sumber utama.
HowTo: Adaptasi ke Era AI Search
- Audit struktur konten lama.
- Tambahkan markup schema (FAQ, HowTo, Review).
- Buat artikel dengan insight data + storytelling unik.
- Pantau jawaban SGE untuk keyword niche lo.
- Evaluasi GEO visibility per bulan.

