e-Commerce Tren Shoppertainment Meningkat , Industri e-commerce menemukan momentum pertumbuhan saat pandemi. Tahun depan, bisnis ini masih tetap terus tumbuh meski ada potensi ancaman resesi.
P latform e-commerce telah menjadi opsi tempat berbelanja untuk berbagai kebutuhan. Terlebih ketika panderni, platform ini menjadi pilihan terbaik karena pembatasan ruang gerak masyarakat. Bisa dikatakan, ketika pandemi memuncak, aktivitas ekonomi model konvensional melambat. ekonomi digital justru menemukan momentum pertumbuhan.
Di Indonesia, sektor e-commerce terus mendorong ekonomi digital. Menurut riset
Google, Temasek, Bain & Company bertajuk e-Conomy SEA 2022, pada tahun 2022 nilai ekonomi digital negara ini bisa mencapai US$ 59 miliar. Meskipun aktivitas belanja offline kini mulai kembali bergairah, sektor ini masih menyumbang 77% dari keseluruhan ekonomi digital. Hingga tahun 2025, sektor e-commerce Indonesia diproyeksikan tumbuh secara compound annual growth rate (CAGR) hingga 17% dan nilai gross merchandise value (GMV) mencapai US$ 95 miliar. (Grafik 1)
“DI ASEAN, pertumbuhan sektor e-commerce Indonesia tercepat kedua setelah Vietnam. Tetapi, selain GMV ada banyak dimensi pertumbuhan yang kini bisa difokuskan. Untuk mendorong pertumbuhan jangka pendek harus fokus mencapai profitabilitas dengan memangkas biaya dan mengoptimalkan operasi,” ucap Randy Jusuf, Managing Director Google Indonesia.
e-Commerce Tren Shoppertainment Meningkat
Hingga tahun 2025, ekonomi digital di Indonesia proyeksinya akan terus tumbuh. Peningkatannya cukup drastis, dari US$ 130 miliar pada tahun 2025 menjadi di kisaran US$ 220 hingga US$ 360 miliar pada tahun 2030. Sektor e-commerce, transportasi, dan pesan- antar makanan menjadi tiga layanan digital teratas di Indonesia. Tingkat penggunaan tiga layanan tersebut hampir merata di kalangan perkotaan dengan penetrasi e-commerce yang tertinggi (89%) (Grafik 2)
pesan antar makanan
Sumber: e-Conomy SEA 2022 (Google, Temasek, Bain & Company)
Senada dengan laporan tersebut, Asosiasi E-commerce Indonesia (IDEA) optimistis, platform e-commerce masih tetap tumbuh kendati tahun depan merupakan masa menantang bagi perekonomian. Head of Public Policy and Government Relations idEA Rofi Uddarojat mengatakan bahwa pertumbuhan e-commerce di Tanah Air tahun 2022 sekitar 22%.
“Kami optimistis, e-commerce masih bisa terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
Kami prediksi, tahun 2023 industri ini bisa tumbuh sekitar 15%-20%,” kata Rofi.
Rofi menambahkan, untuk mendorong mendorong pertumbuhan transaksi e-commerce bisa dengan melakukan perubahan taktik dalam menarik pengguna. Penggabungan elemen hiburan (entertainment) di dalam platform belanja online atau lebih dikenal dengan konsep shoppertainment menjadi arah baru operasional e-commerce. “Beberapa tahun ini, batasan antara hiburan
dan belanja akan semakin tipis. Setiap platform belanja akan memadukan dua hal tersebut untuk menarik pembeli,” kata Rofi.
Selain itu, preferensi konsumen untuk menggunakan kembali layanan platform e-commerce juga terbilang masih bagus. Menurut riset yang sama, tahun depan, sekitar 32% responden menyatakan akan menambah frekuensi penggunaan layanan dari platform e-commerce. Ini menjadi pertumbuhan terbanyak jika dibandingkan dengan niat menggunakan layanan supermarket. transportasi daring, dan layanan pesan-antar makanan. (Grafik 3)
Serumpun Beda Nasib
Platform niaga daring bukanlah model bisnis baru. Saat ini, sudah muncul e-commerce generasi baru dengan model bisnis yang mirip tapi tidak sama, yakni quick commerce. Namun, model quick-commerce juga menghadapi jalan yang cukup terjal.
Peneliti Institute for Development Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengatakan bisnis e-commerce menjadi salah satu bisnis yang mampu bertahan bila terjadi resesi. Namun, quick commerce tampaknya bernasib lain. Bisnis ini menurut Huda memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan model e-commerce
“Dibutuhkan titik penyimpanan barang yang tidak sedikit, hingga kecepatan pengiriman yang dituntut lebih cepat dibandingkan e-commerce. Dengan demikian, model bisnis ini membutuhkan biaya yang lebih besar untuk beroperasi dan berkembang,” kata Nailul. Di tingkat global, industri quick commerce mengalami goncangan yang cukup besar.
baca juga
Kondisi tersebut juga terjadi di Indonesia. Terlihat dengan adanya pemain quick commerce yang mati sebelum berkembang. Menurut Nailul, pemain quick commerce tidak hanya bersaing dengan perusahaan rintisan dengan bisnis serupa, namun juga dengan pemain ritel kelas kakap yang memiliki layanan serupa
“Pada tahun 2023, quick commerce tidak akan berkontribusi banyak dalam nilai transaksi digital. Keunggulan model bisnis ini, lebih menekankan untuk pembelian produk dari kategori konsumsi harian atau grocery.” pungkasnya.
Kami optimistis, e-commerce masih bisa terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Kami prediksi, tahun 2023 industri ini bisa tumbuh sekitar 15%
Rofi Uddarojat , Head of Public Policy and Government Relationes idEA